watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Mas Ton Suami Kakak Ku

Pada suatu liburan semester, kupergunakan
waktuku untuk mengunjungi kakakku yang
tinggal di kota Semarang. Sejak menikah satu
tahun yang lalu, dia dibawa suaminya ke kota ini,
dan sejak itu aku memang belum pernah
mengunjunginya. Tentu saja kedatanganku
disambut gembira oleh pasangan muda itu,
terutama oleh kakakku, Mbak Rani (bukan nama
sebenarnya). Kelihatannya ekonomi kakakku
masih pas-pasan. Rumah yang dikontrak adalah
rumah petak dan hanya berkamar tidur satu,
ruang tamu kecil dan ruang makan merangkap
dapur, serta kamar mandi kecil. Dengan kondisi
rumah seperti itu, aku terpaksa tidur bersama-
sama Mbak Rani dan suaminya Mas Ton.
Aku tidur di sebelah kanan, Mbak Rani di tengah
dan Mas Ton di sebelah kiri. Malam itu aku
berbincang-bincang dengan kakakku sampai
larut malam, kulihat Mas Ton sudah tertidur lebih
dulu. Sampai akhirnya kami kehabisan cerita dan
tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Rani
bangun dan keluar kamar untuk urusan dapur.
Aku tahu ini adalah kebiasaan sewaktu remaja.
Dia selalu bangun paling awal.
Sebenarnya aku juga terjaga ketika ia turun dari
tempat tidur, tetapi aku tetap di tempat tidur
karena malas. Dalam keremangan lampu 5 watt,
kulirik Mas Ton kakak iparku yang masih
kelihatan tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang
oleh tubuh Mbak Rani, walaupun jarak kami
cukup jauh.Dalam tidurnya yang telentang
dengan mengenakan piyama warna abu-abu,
tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya.
Kulihat sesuatu yang mencuat tinggi dari balik
celananya. Hatiku berdesir ada perasaan hangat
menyelusuri tubuhku, kutahan nafasku. Aku
tidak berani bergerak dan aku tetap pura-pura
tidur walaupun kupincingkan mataku untuk
menikmati pemandangan yang syuur itu.Tiba-
tiba Mas Ton membalikkan badan menghadap ke
arahku, kupejamkan mataku. Aku pura-pura
masih tertidur lelap. Tiba-tiba kurasakan tubuh
Mas Ton digeserkan mendekatiku, entah
disengaja atau tidak, tetapi gerakannya sangat
hati-hati, mungkin takut aku terbangun.
Aku tetap pura-pura masih tidur dalam posisi
telentang, jantungku berdegup keras, aku tidak
tahu apa yang harus kuperbuat. Kuatur nafasku,
ingin rasanya aku melompat turun dan keluar
kamar. Tetapi desiran hangat yang
mempercepat peredaran darahku membuatku
mengurungkan niatku.Tangan Mas Ton seperti
tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap
tidak bergerak. Tidak berapa lama, kurasakan
tangannya menindih tanganku, dan itu cukup
lama sampai aku bingun harus berbuat apa.
Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan dia
mulai mengelus lengan dengan lembut dan
kurasakan kehangatan yang sangat
menyenangkan.
Tangannya terus mengelus ke atas leherku, aku
menahan kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ton
semakin berani dan tangannya mulai turun
untuk meraba-raba buah dadaku dari luar daster.
Tidak lama kemudian, tali daster dan tali BH-ku
diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke
dalam buah dadaku. Aku menggelinjang ketika
jarinya meremas buah dadaku dengan lembut,
dan mengelus-elus puting susuku. Nafasku
memburu, aku makin terangsang, bahkan Mas
Ton tanpa sadar telah merapatkan tubuhnya ke
tubuhku. Kaki kirinya telah menindih kedua
lututku yang diam tak dapat berontak, karena
hasratku membuatku bingung. Kurasakan
batang kemaluannya yang telah mengeras di
balik piyamanya menempel ketat di pinggul
kiriku. Dan aku masih pura-pura tidur.
Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya
merayap di pahaku, lalu menyusup di bawah
daster dan mengelus paha atas bagian dalam
dan akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya
dengan lembut bibir kemaluanku yang masih
rapat terbungkus dengan celana dalam,
kurasakan kehangat dan perasaan nikmat
mengalir di dalam dinding kemaluanku. Elusan di
atas celana di depan vagina, kadang-kadang
diselipkan jari tanganya dari samping celanaku
membuat dinding vaginaku berdenyut lembut
dan enak. Aku merasakan bahwa kepunyaanku
sudah basah. Tiba saatnya Mas Ton
memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku
melalui pusar, ketika itu aku sadar dan aku takut
kalau Mbak Rani tiba-tiba masuk, maka kupegang
tangannya dan kutahan agar Mas Ton tidak
meneruskan niatnya. Tetapi tangannya tidak
mau keluar dari celanaku dan aku tetap
menahannya.
Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ton
tersenyum, tetapi aku tidak dapat membalas
senyumnya. Aku ingin marah kepadanya atas
kelancangannya, tetapi aku tidak dapat, karena
dalam gejolak rangsangan yang membuaiku
sebenarnya aku sudah kehilangan rasioku. Aku
menikmatinya dan penolakanku lebih bersifat
kekhawatiranku akan munculnya Mbak Rani dari
pintu kamar yang tidak terkunci. Dalam keadaan
demikian kuarahkan pandanganku ke pintu
kamar. Mas Ton menangkap apa yang
kumaksud.
Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia
segera turun dari tempat tidur dan segera
menguncipintu kamar. Aku tidak tahu apa yang
harus kuperbuat, seharusnya aku bangun dari
tempat tidur dan segera keluar kamar, sehingga
dapat terhindar dari perbuatan Mas Ton yang
lancang itu, tetapi tidak. Bagian dalam vaginaku
masih berdenyut dengan lembut, aliran darahku
dan birahiku masih belum turun dari kepala.
Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya,
bahkan dengan pacarku saja aku masih sebatas
bergandengan tangan saja. Entah apa yang
kubayangkan saat itu.
Kubalikkan tubuhku menghadap tembok
membelakangi Mas Ton yang kembali dari arah
pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di
belakangku sambil menarik pundakku ke
arahnya, sehingga aku kembali dalam posisi
telentang dan dia mencoba menciumku, tetapi
aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan
kepala ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya Mas
Ton bisa menangkap mulutku dengan mulutnya.
Saat itu aku sudah tidak dapat lagi menahan
kuasa nafsu birahi dari dalam tubuhku yang
masih perawan ini.
Itulah pertama kalinya aku dicium oleh seorang
laki-laki, aku masih bodoh ketika dia menyedot
dan menjilat bibirku. Aku tidak memberikan
tanggapan yang seharusnya wanita berikan
ketika dicumbu seorang lelaki, aku masih kaget,
nafasku tidak beraturan, tetapi nafsuku bangkit
kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya erat-
erat ketika tangannya meremas-remas buah
dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras,
apalagi ketika puting susuku dipelintir ke kanan
dan ke kiri berulang-ulang dengan lembut.
Sensasinya sungguh diluar dugaanku.
Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku,
tangannya pindah dari dada ke arah
selangkangan, kubiarkan Mas Ton membuka
ujung bawah daster dan menelusup ke bawah
celana dalam. Diusap-usapnya rambut
kemaluanku untuk beberapa lama, dan
kemudian jari tangannya mulai terasa
menggesek dinding vagina dan kemudian ke
atas ke arah klitoris. Aaahh.., ada rasa ngilu yang
sangat nikmat. Beberapa lama jarinya mengelus
dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar
kuikuti iramanya dengan menggoyang pingulku.
Kenikmatan sudah menjalar ke seluruh kelamin,
ke pinggul dan bahkan ke bagian pantatku. Aduh
nikmat sekali.
Aku merintih dan mendesah pelan penuh
kenikmatan. Ketika Mas Ton menarik tangannya
dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata
tidak, ia ternyata melepaskan celananya ke
bawah sehingga batang kejantanannya yang
telah berdiri dengan kokoh menyeruak keluar.
Kepala yang membesar telah mengkilat.
Dibimbingnya dengan lembut tangan kiriku ke
arah batang kejantanannya dan aku tidak kuasa
lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-
remas dengan lembut batang panjangnya. Inilah
pertama kalinya aku melihat sekaligus
menyentuh alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku
bergetar penuh birahi, kemudian ketika jarinya
kembali memainkan klitorisku, sedang jari
lainnya semakin masuk ke dalam liang
senggamaku, maka kukocok batang
kejantanannya semakin cepat.
Kudengar nafasnya memburu disertai desis
yang pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang
kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit
jarinya dengan bibir bawahku, aku tidak tahan
lagi, kenikmatan sudah menjalar hingga ujung
rambut. Tiba-tiba denyutan yang kuat datang
dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku
menggelinjang dan kujepit jarinya dengan kuat.
Aku telah mencapai puncak, liang kewanitaanku
berkedut-kedut dengan kuat. Aahh.., dan pada
saat yang hampir bersamaan, Mas Ton
menekankan pinggulnya ke pahaku, dan batang
kemaluan yang berada dalam genggamanku
terasa berkedut-kedut dengan kuat, dan
kurasakan air maninya memancar dan
membasahi pahaku.
“Aaahh..,” hanya desisan yang dapat
kukeluarkan dari mulutku.
Beberapa detik aku tergeletak dengan lemas
berdampingan dengan tubuh hangatnya Mas
Ton. Dengan malas aku bangun, kubuka pintu
kamar dan segera aku ke kamar mandi. Aku
takut bertemu Mbak Rani yang masih sibuk di
dapur menyiapkan sarapan pagi kami.
Saat di kamar mandi, aku sempat
membayangkan sensasi kenikmatan yang
berlangsung beberapa menit yang lalu. Ada
perasaan senang bercampur dengan perasaan
takut bergejolak di dalam diriku saat kubersihkan
kemaluanku di kamar mandi. Mas Ton masih
telentang di tempat tidur sambil tersenyum
menatap wajahku ketika aku keluar dari kamar
mandi dan langsung menuju ke dapur
membantu Mbak Rani yang tidak mengetahui
adanya sensasi indah di kamar itu.
Hari itu juga kuputuskan aku harus kembali ke
kotaku, aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Bukan
aku tidak menyukainya, tetapi aku tidak ingin
rumah tangga kakakku menjadi berantakan gara-
gara kehadiranku yang membangkitkan birahi
suaminya. Mbak Rani kaget ketika aku pamitan
untuk pulang. Aku memberikan alasan bahwa
ada tugas kuliah yang lupa kuselesaikan.
Meskipun apa yang kulalui saat itu tidak merusak
keperawanan yang kumiliki, tetapi itu merupakan
pengalaman pertamaku dalam menikmati
sensasi seks yang sebenarnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1374
U-ON

inc Powered by Xtgem.com